Evaluasi Pendidikan Era Kurikulum 2025: Portofolio & Kompetensi Gantikan Ujian Nasional

Pendidikan Indonesia terus mengalami transformasi signifikan, seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan global. Salah satu perubahan besar yang kini tengah diimplementasikan adalah penggantian sistem evaluasi pendidikan melalui Ujian Nasional (deposit 5000) dengan pendekatan baru di Kurikulum 2025. Pendekatan ini menitikberatkan pada penilaian portofolio dan kompetensi siswa sebagai instrumen utama evaluasi pembelajaran. Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang perubahan evaluasi pendidikan tersebut dan bagaimana dampaknya bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Pergeseran Paradigma Evaluasi Pendidikan

Selama ini, Ujian Nasional menjadi tolok ukur utama dalam menilai pencapaian belajar siswa di Indonesia. Namun, sistem ini dianggap kurang mampu menggambarkan kemampuan siswa secara menyeluruh. UN hanya menilai kemampuan kognitif dalam bentuk tes tertulis yang terbatas, sehingga kurang mencerminkan keterampilan dan karakter siswa secara holistik.

Kurikulum 2025 membawa paradigma baru dengan fokus pada pengembangan kompetensi siswa secara menyeluruh, baik aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Evaluasi kini dirancang untuk menggali dan mengukur berbagai dimensi kompetensi melalui portofolio dan penilaian berbasis kompetensi.

Portofolio sebagai Alat Evaluasi

Portofolio merupakan kumpulan karya dan bukti autentik dari proses belajar siswa yang dikumpulkan secara sistematis. Melalui portofolio, guru dapat mengamati perkembangan siswa dalam berbagai aspek, mulai dari hasil karya tulis, proyek, presentasi, hingga kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini memungkinkan penilaian yang lebih personal dan komprehensif, serta mengakomodasi gaya belajar dan potensi masing-masing siswa.

Selain itu, portofolio juga mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran, mengasah keterampilan refleksi diri, dan meningkatkan tanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Dengan demikian, penilaian menjadi bagian dari proses pembelajaran, bukan hanya sekedar akhir dari proses.

Penilaian Kompetensi yang Lebih Terukur

Selain portofolio, Kurikulum 2025 juga menekankan penilaian kompetensi yang mencakup kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Penilaian ini dilakukan secara berkelanjutan melalui berbagai metode, seperti observasi, diskusi, tugas proyek, dan praktik langsung.

Metode ini mampu mengukur kompetensi yang lebih relevan dengan kebutuhan dunia nyata dan perkembangan teknologi. Dengan demikian, siswa tidak hanya siap menghadapi ujian akademik, tetapi juga tantangan di masa depan.

Dampak dan Tantangan Implementasi

Perubahan sistem evaluasi ini membawa banyak manfaat, seperti pengembangan siswa yang lebih holistik dan peningkatan kualitas pembelajaran. Namun, implementasi portofolio dan penilaian kompetensi juga menuntut kesiapan dari berbagai pihak, terutama guru sebagai fasilitator dan penilai.

Guru perlu mendapatkan pelatihan dan pendampingan agar mampu mendesain penilaian yang tepat, mengelola portofolio, serta melakukan penilaian secara objektif dan akurat. Selain itu, dukungan teknologi informasi juga menjadi faktor penting untuk mempermudah pengelolaan data dan dokumentasi hasil belajar siswa.

Evaluasi pendidikan di era Kurikulum 2025 dengan mengedepankan portofolio dan kompetensi merupakan langkah maju dalam mengembangkan sistem pembelajaran yang lebih adaptif, personal, dan relevan dengan kebutuhan masa depan. Pergantian Ujian Nasional sebagai alat evaluasi utama menjadi momentum penting untuk mewujudkan pendidikan yang tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga proses pembelajaran secara menyeluruh.

This entry was posted in Uncategorized and tagged , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *